Candi Dieng Warisan Abad Ke-9
Dataran
tinggi Dieng (Dieng Plateau) merupakan daerah dengan ketinggian kurang
lebih 2095 m DPL dengan suhu rata-rata 13-17 C, berada di lokasi wilayah
kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah.
Salah satu hal yang menarik adalah di dataran tinggi tersebut ada
peninggalan nenek moyang yang berupa beberapa candi (kompleks
percandian).
Komplek Candi Dieng dibangun pada masa
Hindu. Hal tersebut terlihat dari temuan di area percandian berupa
peninggalan-peninggalan arca-arca Dewa Siwa, Wisnu, Agastya, Ganesha dan
lain-lainya yang bercirikan agama Hindu. Namun, masyarakat setempat
(sekitarnya) menamainya dengan tokoh-tokoh wayang Purwa dalam lokan
Mahabarata, misalnya Candi Arjuna, Candi Gatotkaca, Candi Dwarawati,
Candi Bima, Candi Semar, Candi Sembadra, Candi Srikandi dan Candi
Puntadewa. Akan tetapi. nama candi-candi tersebut tidak ada kaitannya
dengan fungsi bangunan dan diperkirakan nama candi-candi diberikan
setelah bangunan candi tersebut ditinggalkan atau tidak digunakan lagi.
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti siapa yang membangunnya.
Yang jelas bahwa berdasarkan salah satu dari 12 prasasti yang ada,
kompleks percandian tersebut dibuat 731 (Saka) atau 809 Masehi. Jadi,
sekitar pada awal abad ke-9. Komplek percandian yang ada di dataran
tinggi Dieng itu dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu Candi
Arjuna, Candi Gatotkaca, Candi Dwarawati, dan Candi Bima. Masing-masing
kelompok terdiri dari beberapa candi yang juga dinamai dengan nama
tokoh-tokoh dalam cerita Mahabarata.
Kelompok Candi Dwarawati
Kelompok Candi Dwarawati terletak paling
utara diantara candi-candi di dataran tinggi Dieng yang didirikan di
Bukit Perahu. Dulu kelompok candi ini terdiri dari dua buah candi, yaitu
Candi Dwarawati (di sebelah timur) dan Candi Parikesit (di sebelah
barat). Namun, saat ini yang masih berdiri hanya Candi Dwarawati. Candi
tersebut menghadap ke arah barat dengan bentuk empat persegi panjang,
berukuran panjang 5 meter dan lebar 4 meter, sedangkan tingginya 6
meter. Pada masing-masing dinding luar dan dalam candi terdapat
relung-relung tempat arca yang sudah kosong, kecuali sebuah alas arca di
dalam bilik candi (dhatu garbha). Sedangkan, atap candi berhias
menara-menara kecil dan dihias dengan simbar-simbar lukisan kepala.
Bentuk atap dan hiasannya terpengaruh gaya India Selatan.
Kelompok Candi Arjuna
Kelompok Candi Arjuna merupakan kelompok
terbesar. Candi ini biasa disebut Candi Dieng oleh orang-orang,
padahal sebenarnya masih banyak kelompok candi lain yang termasuk dalam
Candi Dieng. Kelompok candi yang memanjang dari utara ke selatan ini
terdiri dari dua deretan candi, yaitu deretan sebelah timur dan deretan
candi sebelah barat. Deretan sebelah timur semua menghadap ke barat dan
terdiri atas beberapa bangunan candi, yakni: Candi Arjuna-Srikandi,
Puntadewa, dan Sembadra. Sedangkan, deretan sebelah barat tinggal satu
candi yang masih berdiri, yakni Candi Semar yang berhadapan dengan Candi
Arjuna.
Berbeda dengan kelompok Candi Dwarawati
yang denahnya empat persegi panjang, candi-candi kelompok Arjuna
berdenah bujur sangkar, tanpa penampil, hanya di bagian depan terdapat
bilik pintu masuk yang menjorok ke depan. Pada dinding terdapat
relung-relung dan hiasan-hiasan. Di bagian depan berhias kala-makara.
Atapnya kaya akan hiasan. Sayangnya kebanyakan candi di komplek ini
sudah rusak dan beberapa diantaranya tinggal fondasinya saja. Sebenarnya
sekitar 200 meter di sebelah barat-daya kelompok Candi Arjuna terdapat
sisa-sisa bangunan yang dikenal sebagai Candi Setyaki, Petruk, Antareja,
Nala Gareng, Nakula dan Sadewa, namun sudah sulit diidentifikasi karena
tinggal fondasi-fondasinya saja.
Kelompok Candi Gatotkaca
Kelompok Candi Gatotkaca
Candi Gatotkaca lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok Arjuna, yaitu di sebelah barat telaga Bale
Kambang dan di lereng bukit Panggonan. Candi Gatotkaca menghadap ke
barat dan berdenah bujur sangkar berukuran 4,5 m x 4,5 m, dengan
penampil pada masing-masing sisinya.
Kelompok Candi Bima
Kelompok Candi Bima
Kelompok Candi Bima saat ini tinggal
satu candi saja dan terletak pada deretan ujung paling selatan,
menghadap ke timur. Baturnya bujur sangkar berukuran 6 m x 6 m,
sedangkan fondasinya berbentuk segi delapan, tinggi candi 8 m.
Dibandingkan dengan candi-candi lainnya, Candi Bima termasuk paling
utuh. Gaya bangunannya khusus. Atapnya dipenuhi hiasan dan terdiri dari
tiga tingkatan yang batas-batasnya tidak jelas. Bentuk seluruhnya
seperti Sikhara (seperti mangkuk yang ditangkupkan) di India Utara,
hanya hiasan-hiasan menara dan relung-relung yang berbentuk tapal kuda
menunjukkan pengaruh India Selatan.
Dulu Candi Bima mempunyai 24 arca kudu,
yaitu arca yang berbentuk kepala manusia yang seolah-olah melongok
keluar dari bilik jendela yang masing-masing beratnya sekitar 15
kilogram, tinggi 24 cm, lebar 20 cm dan tebal 27 cm. Namun, karena
seringnya terjadi pencurian di komplek Candi Dieng, terutama Candi Bima
sehingga saat ini arca yang terdapat di Candi Bima tinggal tersisa
sekitar tiga belas buah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar