Jumat, 06 April 2012

Candi Dieng Warisan Abad Ke-9

Candi Dieng Warisan Abad Ke-9

Dataran tinggi Dieng (Dieng Plateau) merupakan daerah dengan ketinggian kurang lebih 2095 m DPL dengan suhu rata-rata 13-17 C, berada di lokasi wilayah kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah. Salah satu hal yang menarik adalah di dataran tinggi tersebut ada peninggalan nenek moyang yang berupa beberapa candi (kompleks percandian).
Komplek Candi Dieng dibangun pada masa Hindu. Hal tersebut terlihat dari temuan di area percandian berupa peninggalan-peninggalan arca-arca Dewa Siwa, Wisnu, Agastya, Ganesha dan lain-lainya yang bercirikan agama Hindu. Namun, masyarakat setempat (sekitarnya) menamainya dengan tokoh-tokoh wayang Purwa dalam lokan Mahabarata, misalnya Candi Arjuna, Candi Gatotkaca, Candi Dwarawati, Candi Bima, Candi Semar, Candi Sembadra, Candi Srikandi dan Candi Puntadewa. Akan tetapi. nama candi-candi tersebut tidak ada kaitannya dengan fungsi bangunan dan diperkirakan nama candi-candi diberikan setelah bangunan candi tersebut ditinggalkan atau tidak digunakan lagi. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti siapa yang membangunnya. Yang jelas bahwa berdasarkan salah satu dari 12 prasasti yang ada, kompleks percandian tersebut dibuat 731 (Saka) atau 809 Masehi. Jadi, sekitar pada awal abad ke-9. Komplek percandian yang ada di dataran tinggi Dieng itu dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu Candi Arjuna, Candi Gatotkaca, Candi Dwarawati, dan Candi Bima. Masing-masing kelompok terdiri dari beberapa candi yang juga dinamai dengan nama tokoh-tokoh dalam cerita Mahabarata.
Kelompok Candi Dwarawati
Kelompok Candi Dwarawati terletak paling utara diantara candi-candi di dataran tinggi Dieng yang didirikan di Bukit Perahu. Dulu kelompok candi ini terdiri dari dua buah candi, yaitu Candi Dwarawati (di sebelah timur) dan Candi Parikesit (di sebelah barat). Namun, saat ini yang masih berdiri hanya Candi Dwarawati. Candi tersebut menghadap ke arah barat dengan bentuk empat persegi panjang, berukuran panjang 5 meter dan lebar 4 meter, sedangkan tingginya 6 meter. Pada masing-masing dinding luar dan dalam candi terdapat relung-relung tempat arca yang sudah kosong, kecuali sebuah alas arca di dalam bilik candi (dhatu garbha). Sedangkan, atap candi berhias menara-menara kecil dan dihias dengan simbar-simbar lukisan kepala. Bentuk atap dan hiasannya terpengaruh gaya India Selatan.
Kelompok Candi Arjuna
Kelompok Candi Arjuna merupakan kelompok terbesar. Candi ini biasa disebut Candi Dieng  oleh orang-orang, padahal sebenarnya masih banyak kelompok candi lain yang termasuk dalam Candi Dieng. Kelompok candi yang memanjang dari utara ke selatan ini terdiri dari dua deretan candi, yaitu deretan sebelah timur dan  deretan candi sebelah barat. Deretan sebelah timur semua menghadap ke barat dan terdiri atas beberapa bangunan candi, yakni: Candi Arjuna-Srikandi, Puntadewa, dan Sembadra. Sedangkan, deretan sebelah barat tinggal satu candi yang masih berdiri, yakni Candi Semar yang berhadapan dengan Candi Arjuna.
Berbeda dengan kelompok Candi Dwarawati yang denahnya empat persegi panjang, candi-candi kelompok Arjuna berdenah bujur sangkar, tanpa penampil, hanya di bagian depan terdapat bilik pintu masuk yang menjorok ke depan. Pada dinding terdapat relung-relung dan hiasan-hiasan. Di bagian depan berhias kala-makara. Atapnya kaya akan hiasan. Sayangnya kebanyakan candi di komplek ini sudah rusak dan beberapa diantaranya tinggal fondasinya saja. Sebenarnya sekitar 200 meter di sebelah barat-daya kelompok Candi Arjuna terdapat sisa-sisa bangunan yang dikenal sebagai Candi Setyaki, Petruk, Antareja, Nala Gareng, Nakula dan Sadewa, namun sudah sulit diidentifikasi karena tinggal fondasi-fondasinya saja.

Kelompok Candi Gatotkaca
Candi Gatotkaca lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok Arjuna, yaitu di sebelah barat telaga Bale Kambang dan di lereng bukit Panggonan. Candi Gatotkaca menghadap ke barat dan berdenah bujur sangkar berukuran 4,5 m x 4,5 m, dengan penampil pada masing-masing sisinya.

Kelompok Candi Bima
Kelompok Candi Bima saat ini tinggal satu candi saja dan terletak pada deretan ujung paling selatan, menghadap ke timur. Baturnya bujur sangkar berukuran 6 m x 6 m, sedangkan fondasinya berbentuk segi delapan, tinggi candi 8 m. Dibandingkan dengan candi-candi lainnya, Candi Bima termasuk paling utuh. Gaya bangunannya khusus. Atapnya dipenuhi hiasan dan terdiri dari tiga tingkatan yang batas-batasnya tidak jelas. Bentuk seluruhnya seperti Sikhara (seperti mangkuk yang ditangkupkan) di India Utara, hanya hiasan-hiasan menara dan relung-relung yang berbentuk tapal kuda menunjukkan pengaruh India Selatan.
Dulu Candi Bima mempunyai 24 arca kudu, yaitu arca yang berbentuk kepala manusia yang seolah-olah melongok keluar dari bilik jendela yang masing-masing beratnya sekitar 15 kilogram, tinggi 24 cm, lebar 20 cm dan tebal 27 cm. Namun, karena seringnya terjadi pencurian di komplek Candi Dieng, terutama Candi Bima sehingga saat ini arca yang terdapat di Candi Bima tinggal tersisa sekitar tiga belas buah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

VIDEO (250 x 190)